BAB I
PENDAHULUAN
Allah
memerintahkan agar berdoa dengan nama-nama Allah dalam Asma’ul Husna.
Setiap suatu kepentingan dianjurkannya dengan menyebutkan nama Tuhan
yang ada hubungannya dengan kepentingan itu.
Berdoa
dan berharap adalah salah satu upaya manusia untuk mencapai sukses
terhadap cita- cita atau kehendak dan sekaligus adalah hak manusia yang
diberikan oleh Allah Swt. Betapa beruntungnya umat islam yang telah
mendapatkan ajaran tentang berdoa, cara dan tertib doa., sikap kejiwaan
dalam berdoa, dan lain- lain. Bagi seorang Mukmin/Muslim, berhasil
doanya atau tidak, adalah tetap bernilai ibadah yang pasti mendapatkan
pahala dari sisi Allah Swt. Jadi jelasnya bahwa berdoa dengan nama Tuhan
yang ada pada Asma’ul Husna adalah salah satu kunci keberhasilan dari
doa yang di sampaikan kepada Allah swt.
Selain dari Asma’ul Husna, ada pula yang dinamaka “ISMUL ‘AZHAM” (Nama Allah yang teragung),
yang oleh Rasulullah dijelaskan, siapa saja yang berdoa dengan itu,
doanya diperkenankan oleh Allah swt. Ada beberapa pendapat Ulama tentang
Ismul ‘Azham dimaksud:
a. Ismaul
‘Azham adalah suatu nama yang diberikan Allah kepada seseorang
diantaranya kepada orang lain. Hal itu adalah suatu rahasia yang
tersembunyi antara lain. Hal itu adalah suatu rahasia yang tersembunyi
antara seorang hamba dengan Allah swt.
b. Ismul
‘Azham itu bukan hanya satu, tetapi untuk setiap orang yang telah
diberikannyaNya adalah berbeda-beda, dan untuk setiap orang yang
mendapat itu adalah dengan pribadinya sendiri.
c. Ismul
‘Azham tidak berupa suatu nama yang bisa diucapkan dengan lisan atau
tulisan, tetapi adalah hakikat dari suatu nama Allah, yang ada pada
hamba tanpa disadarinya. (misalnya seseorang yang memiliki sifat/watak
KASIH/SAYANG dan berwujud dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari,
lalu pada suatu saat dia memohon kepada Allah dengan menyebutkan “Ya
Allah/Ya Rahman/Ya Rahim… kemudian doanya pun diperkenankan oleh Allah
swt.
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya :
“Hanya
milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat
balasan terhadap apa yang Telah mereka kerjakan”. (QS. Al-‘Araf: 180).
A. Pengertian Asmaul Husna
Kata (الأسماء) al-asma adalah bentuk jamak dari kata (الإسم) al-ism yang biasa diterjemahkan dengan nama. Ia berakar dari kata (السمو) as-sumuw yang berarti ketinggian, atau (السمة) as-simah yang berarti tanda. Memang nama merupakan tanda bagi sesuatu, sekaligus harus dijunjung tinggi.
Apakah
nama sama dengan yang dinamai atau tidak, di sini diuraikan perbedaan
pendapat ulama yang berkepanjangan, melelahkan dan menyita energy itu.
Namun yang jelas bahwa Allah memiliki apa yang dinamai-Nya sendiri
dengan al-asma dan bahwa al-asma itu bersifat husna.
Kata (الحسن) al-husna adalah bentuk muannast/feminim dari kata (احسن) ahsan yang berarti terbaik. Penyifatan
nama-nama Allah dengan kata yang berbentuk superlative ini, menunjukkan
bahwa nama-nama Allah dengan kata yang berbentuk superlative ini,
menunjukkan bahwa nama-nama tersebut bukan saja, tetapi juga yang
terbaik dibandingkan dengan yang lainnya, yang dapat disandang-Nya atau
baik hanya untuk selain-Nya saja, tapi tidak baik untuk-Nya. Sifat
Pengasih – misalnya – adalah baik. Ia dapat disandang oleh
makhluk/manusia, tetapi karena asma al-husna (nama-nama yang terbaik)
hanya milik Allah, maka pastilah sifat kasih-Nya melebihi sifat kasih
makhluk, baik dalam kapasitas kasih maupun substansinya. Di sisi lain
sifat pemberani, merupakan sifat yang baik disandang oleh manusia, namun
sifat ini tidak wajar disandang Allah, karena keberanian mengandung
kaitan dalam substansinya dengan jasmani dan mental, sehingga tidak
mungkin disandangkan kepada-Nya. Ini berbda dengan sifat kasih, pemurah,
adil dan sebagainya. Contoh lain adalah anak cucu. Kesempurnaan manusia
adalah jika ia memiliki keturunan, tetapi sifat kesempurnaan manusia
ini, tidak mungkin pula disandang-Nya karena ini mengakibatkan adanya
unsur kesamaan Tuhan dengan yang lain, di samping menunnjukkan
kebutuhan, sedang hal tersebut mustahil bagi-Nya.
B. Bukti Kebenaran Sifat Allah
Kita
sebagai umat muslim sudah sepatutnya tahu dan faham akan nama-nama
Allah ‘Azza wa Jalla yang berjumlah 99 yang terlampir dalam Asma’ u al-Husna.
Dan nama-nama Allah ‘Azza wa Jallah tersebut bukan hanya sekedar
pengertian atau wacana agama Islam itu sendiri melainkan itu memang
gambaran dari sifat-sifat Allah ‘Azza wa Jalla yang sangat amat sempurna
dan terbukti kebenarannya sampai-sampai para ulama mengatakan bahwa
dengan Asma’ u al-Husna saja tidak cukup untuk menggambarkan Keagungan
dan Kesempurnaan Allah ‘Azza wa Jalla sebagai pencipta alam semesta ini
begitu pula alam Akhirat yang tidak diragukan lagi keberadaannya kecuali
oleh orang-orang yang tidak berakal.
Adapun
di sini akan dijelaskan mengenai 5 bukti dari sekian banyak bukti dari
nama Allah ‘Azza wa Jalla, yaitu Al-‘Adlu (Maha Adil). Dan bukti-bukti
tersebut juga menguatkan akan kebenaran agama Islam sebagai agama Rahmatan li al-‘Alamin yang dibawa oleh nabi yang bergelar al-Amin. Dan 5 bukti tersebut adalah :
(Pertama).
Adalah dalam hal niat yang merupakan penentu dari arah amalan-amalan
yang kita perbuat karena niat tersebut berfungsi sebagai lentera atau
cahaya yang akan menuntun dan menerangi perjalanan seorang hamba dalam
bertemu Allah ‘Azza wa Jalla. Jika lentera tersebut memancar dengan
terang, maka menjadi teranglah perjalanannya dalam bertemu Allah ‘Azza
wa Jalla. Sebaliknya, jika cahaya lentera tersebut redup, maka menjadi
redup pulalah jalan yang akan dilalui oleh seorang hamba untuk bisa
bertemu dengan Allah Jalla Yang Maha Pencipta dan Maha Mengadakan lagi
Maha Pembentuk. Sebagaimana disebutkan dalam hadist Rasulullah saw : “Sesungguhnya
setiap amalan hanyalah tergantung dengan niat-niatnya dan setiap orang
hanya akan mendapatkan apa yang dia niatkan, maka barangsiapa yang
hijrahnya kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya kepada Allah dan
RasulNya dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang hendak dia
raih atau karena wanita yang hendak dia nikahi maka hijrahnya kepada apa
yang dia hijrah kepadanya”. (HR. Bukhary-Muslim dari ‘Umar bin Khoththob radhiallahu ‘anhu).
(Kedua). Adalah
dalam hal perbuatan yang tentunya tidak terlepas dari catatan Allah
‘Azza wa Jalla lewat dua malaikat-Nya (Rakib – ‘Atid) yang senantiasa
menemani kita di setiap langkah kita, apapun dan bagaimanapun bentuknya.
Lalu dari segi manakah kiranya bukti akan sifat Allah ‘Azza wa Jalla
yang Maha Adil ? Coba kita perhatikan dengan seksama firman Allah ‘Azza
wa Jalla dan hadist Rasulullah berikut ini :“Barang siapa berbuat
kebaikan mendapat sepuluh kali lipat amalnya.. Dan barang siapa berbuat
kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak
dirugikan (dizalimi). (al-An’am: 160).
(Ketiga). Adalah
dalam hal keutamaan kaum hawa dalam berbakti kepada suaminya yang
merupakan kewajiban sebagai seorang istri, sebagaimana sabda Rasulullah
saw :“perkara yang pertama kali ditanyakan kepada seorang wanita
pada hari kiamat nanti, adalah mengenai sholat lima waktu dan
ketaatannya terhadap suami.” (HR.Ibnu Hibbab dari Abu Hurairah)
Jadi
berikut adalah bentuk keadilan Allah terhadap kaum wanita yang mungkin
tidak dapat melakukan sebagian pekerjaan mulia yang dapat dikerjakan
oleh kaum lelaki, tetapi dengan wujud keadilah Allah Yang Maha Adil kaum
wanita memiliki porsi pahala yang sama besarnya dengan kaum lelaki
meskipun dengan amalan-amalan yang berbeda seperti amalan-amalan yang
telah Rasulullah saw wasiatkan kepada putrinya Fathimah az-Zahra dan
seluruh kaum wanita diwaktu itu dan sesudahnya. Bukti lain adalah ketika
para mujahid berjihad melawan musuh dan gugur, maka dia mati syahid.
Begitu pula dengan perempuan yang berjihad melahirkan anaknya yang
rasanya seperti antara hidup dan mati kemudian dia meninggal seketika
itu atau setelah ia melahirkan makan dia bisa dikatakan mati syahid
tanpa harus terjun ke medan perang. Wallahu A’lam.
(Keempat). Adalah
dalam hal warisan yang memberikan porsi lebih banyak kepada lelaki
daripada perempuan yaitu bagian laki-laki dua kali bagian perempuan
sebagaiman firman Allah SWT: “Allah mensyari’atkan bagimu tentang
(pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. yaitu : bahagian seorang anak
lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempua…..”(an-Nisa’ : 11).
Bukti
akan kebenaran sifat Allah SWT Yang Maha Adil di sini adalah bahwasanya
Allah SWT melebihkan bagian lelaki atas wanita dalam hal warisan,
karena kenyataannya lelakilah yang oleh syari’at dibebankan tanggung
jawab untuk memberi nafkah keluarga dan membebaskan perempuan dari
kewajiban tersebut meskipun perempuan boleh saja ikut mencari nafkah.
Para laki-laki juga diwajibkan oleh ajaran Islam untuk mengeluarkan mas
kawin untuk diberikan kepada istrinya sebagai cerminan cinta kasih
sayangnya ketika keduanya menikah, sedangkan perempuan tidak dibebani
apa-apa.
(Kelima). Selanjutnya
adalah mengenai keutamaan bulan Ramadhan. Bulan, dimana Al-Qur`an
diturunkan, bulan yang penuh berkah dengan pelipat gandaan pahala sebuah
amalan, bulan yang penuh pengampunan. Bulan, dimana pintu surga dibuka
lebar-lebar dan pintu neraka ditutup rapat-rapat, dan bulan di mana
para syaitan dibelenggu dari menggoda manusia. Sebagaimana sabda
Rasulullah saw : “Jika Bulan Ramadhan telah tiba, maka (pintu) surga
dibuka lebar-lebar, (pintu) neraka ditutup rapat-rapat, dan para syetan
dibelenggu.”( HR. Muslim )
Dan bukti yang menunjukkan Allah Maha Adil di sini adalah mengenai pelipat gandaan pahala sebuah amalan terutama pada malam Lailatul Qadar, yaitu satu malam kemuliaan yang lebih baik daripada seribu bulan, sebagaimana yang terlampira dalam al-Qur’an:
“ Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam
kemuliaan.# Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?# Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.# Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk
mengatur segala urusan.# Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit
fajar. (al-Qadr : 1-5)
Demikianlah
5 bukti dari sekian banyak bukti-bukti kebenaran sifat Allah Al-‘Adlu
yang dapat kami sampaikan kepada para pembaca yang insyaallah dirahmati
Allah. Dan saya minta maaf apabila ada prakata-prakata yang kurang
berkenan di hati pembaca sekalian dan terima kasih bagi saudara-saudari
yang sudi kiranya berkunjung di blog ini. Semoga bermanfaat bagi kita
semua ….Amin
C. Upaya Meneladani Sifat Allah
a. AL Basith Al Baasith (Yang Maha Melapangkan makhluknya).
Meneladani
Al-basith bearti kita harus melapangkan hati sendiri dengan cara
mendekatkan diri dan taat kepada allah, ketika kita ingat dan taat
kepada allah maka senantiasa hati kita akan tentram. (Qs Ar-Ra’d 13.28).
selain itu kita juga harus melapangkan hati orang lain, terutama orang
yg kita cintai, dengan cara membahagiakannya, sebagaimana contoh,
apabila saudara kita membutuhkan bantuan maka bantulah semampu kita. Dan
bagaimana bantuan yg kita berikan membuatnya menjadi senang. Al ankabut
29.62.
b. Al Waarist (yang maha mewarisi)
Yang
meneladani sifat ini hendaknya bila memiliki kemampuan agar
menyumbangkan warisanya kepada keluarga yang lebih membutuhkan. Kalau
ini tidak dapat dilakukanya, maka janganlah warisan menjadikan keluarga
berantakkan, dan lebih lagi jangan memakan harta waris yang bukan
haknya. Ini merupakan salah satu yang dikecam Allah secara tegas (Qs. Al-Fajr:19).
Setelah itu dia dituntut agar menghiasi diri dengan sifat-sifat yang
dirinci-Nya ketika menjelaskan siapa dari makhluk-Nya yang wajar menjadi
ahli warist syurga (Qs. Al-Mu’minun:1-11)
c. Al-Muizz (yang maha memulyakan mahluk-Nya)
Kita
Sadar bahwa kemulyaan itu milik allah, karnanya jika kita menginginkan
kemulyaan, maka untuk meneladani-Nya kita harus taat dan patuh
kepadanya, niscaya allah akan menganugrahkan kemulyaan kepada kita.
Selain itu kita juga harus memulyakan orang tua kita karna mereka adalah
orang yg paling berjasa dalam hidup kita, memulyakannya dengan berbakti
pada kedua orang tua, tidak sesekali menyakitinya apalagi durhaka
padanya. Dan janganlah engkau terlena oleh masa-masa kesenangan dan
kelapangan ketika semua itu terjadi dengan melupakan Allah didalam
kesenangan dan kebahagiaanmu, dengan menjadi sombong karena mengira
bahwa dirimu lah penyebab keberhasilan dan keamananmu. Maka Pada saat
itu kita harus ingat kepada sahabat iman yang lain, yaitu bersyukur
(syukr), karena Allah menyukai orang-orang yang bersyukur.
d. AL-Hafizh ( yang maha memelihara)
Untuk
meneladaninya kita harus besyukur kepedaAllah SWT yang telah memberikan
beribu-ribu kenikmatan kepada kiata, termasuk di antaranya ia
menciptakan hutan juga unuk kepentingan kita, untuk itu kita harus
memeliharanya dengan baik dan peduli dengan lingukan, semua yang
diciptakan Allah mempunyai kemanfaatan, karena itu kita harus
memeliharanya dengan baik.
e. Al-Walii (yang maha melindungi)
Untuk
meneladani sifat ini dapat dilakukan dengan tidak melindungi dan
membela orang-orang yang salah. Selalu memohon perlindungan dari godaan
setan, berani mengatakan tidak untuk mengatakan hal-hal yang tidak baik
meskipun menyakitkan diri sendiri maupun orang lain.
f. An-Nafii` (Yang Maha Memberi Manfaat).
Sifat
ini dapat di teladani dengan cara menggunakan waktu kita dengan
efektif, dan tidak menyia-nyiakannya, jika ita memanfaatkan waktu dengan
sebaik mungkin maka hidup kita akan bermanfaat pula, selain kita
menjadi orang yang disiplin, banyak pula orang yang membutuhkan karna
kita di pandang sebagai orang yang giat bekerja. Karna sebaik-baiknya
manusia adalah bermanfaat bagi yang lainnya. Namun di dalam kesibukan,
janganlah sampai melupakan-Nya dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya.
g. Al Muqsith (Yang Maha Seimbang).
Sifat
ini dapat di teladani dengan tidak membeda-bedakan saudara-saudara kita
yang miskin dan yang kaya, yang baik dan yang buruk, kita harus
menghormati dan menghargai mereka karna kita sama-sama sebagai mahluk
Allah yang tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa seseorang yang lain.
h. Al Waduud (Yang Maha Mengasihi).
Sifat
ini dapat di teladani dengan cara membagikan rizqi yang kita peroleh
kepada orang-orang yang lebih membutuhkannya, seperti mengasihi anak
yatim dan menyantuni fakir miskin. Sebagai wujud rasa bersyukur kita
kepada Allah yang telah memberikan rizqi yang cukup, sehingga kita dapat
berbagi dengan yang lain.
i. Ar Raafi` (Yang Maha Meninggikan makhluknya).
Meneladani
sifat Ar-Raafi’ juga dapat di lakukan dengan cara kita membantu
memecahkan suatu permasalahan teman yang sedang membutuhkan bantuan
kita, agar ia tidak merasa terpuruk, dan sedikit meringankan bebannya,
seperti yang sudah di singgung dalam keterangan di atas bahwa manusia
tak bisa hidup seniri tanpa orang tang lainnya.
j. Al Afuww (Yang Maha Mengampuni segala kesalahan).
Untuk
meneladani sifat ini dapat di lakukan dengan cara memaafkan kselahan
kecil maupun kesalahan besar yang di buat oleh seseorang terhadap diri
kita, meskipun kadang enggan untuk memaafkannya karena kesalahan yang
ia perbuat pada kita terlalu buruk tapi tidak ada salahnya jika kita
belajar sedikit demi sedikit untuk melupakan kesalahannya dan memikirkan
hal-hal yang positif, maka lambat laun kita akan terbiasa dengan
sifat yang mudah memaafkan.
D. Sumber- sumber
1. ar-Rahmaan
Al-Faatihah: 3
2. ar-Rahiim
Al-Faatihah: 3
3. al-Malik
Al-Mu’minuun: 11
4. al-Qudduus
Al-Jumu’ah: 1
5. as-Salaam
Al-Hasyr: 23
6. al-Mu’min
Al-Hasyr: 23
7. al-Muhaimin
Al-Hasyr: 23
8. al-’Aziiz
Aali ‘Imran: 62
9. al-Jabbaar
Al-Hasyr: 23
10. al-Mutakabbir
Al-Hasyr: 23
11. al-Khaaliq
Ar-Ra’d: 16
12. al-Baari’
Al-Hasyr: 24
13. al-Mushawwir
Al-Hasyr: 24
14. al-Ghaffaar
Al-Baqarah: 235
15. al-Qahhaar
Ar-Ra’d: 16
16. al-Wahhaab
Aali ‘Imran: 8
17. ar-Razzaq
Adz-Dzaariyaat: 58
18. al-Fattaah
Sabaa’: 26
19. al-’Aliim
Al-Baqarah: 29
20. al-Qaabidh
Al-Baqarah: 245
21. al-Baasith
Ar-Ra’d: 26
22. al-Khaafidh
Hadits at-Tirmizi
23. ar-Raafi’
Al-An’aam: 83
24. al-Mu’izz
Aali ‘Imran: 26
25. al-Mudzdzill
Aali ‘Imran: 26
26. as-Samii’
Al-Israa’: 1
27. al-Bashiir
Al-Hadiid: 4
28. al-Hakam
Al-Mu’min: 48
29. al-’Adl
Al-An’aam: 115
30. al-Lathiif
Al-Mulk: 14
31. al-Khabiir
Al-An’aam: 18
32. al-Haliim
Al-Baqarah: 235
33. al-’Azhiim
Asy-Syuura: 4 |
34. al-Ghafuur
Aali ‘Imran: 89
35. asy-Syakuur
Faathir: 30
36. al-’Aliyy
An-Nisaa’: 34
37. al-Kabiir
Ar-Ra’d: 9
38. al-Hafiizh
Huud: 57
39. al-Muqiit
An-Nisaa’: 85
40. al-Hasiib
An-Nisaa’: 6
41. al-Jaliil
Ar-Rahmaan: 27
42. al-Kariim
An-Naml: 40
43. ar-Raqiib
Al-Ahzaab: 52
44. al-Mujiib
Huud: 61
45. al-Waasi’
Al-Baqarah: 268
46. al-Hakiim
Al-An’aam: 18
47. al-Waduud
Al-Buruuj: 14
48. al-Majiid
Al-Buruuj: 15
49. al-Baa’its
Yaasiin: 52
50. asy-Syahiid
Al-Maaidah: 117
51. al-Haqq
Thaahaa: 114
52. al-Wakiil
Al-An’aam: 102
53. al-Qawiyy
Al-Anfaal: 52
54. al-Matiin
Adz-Dzaariyaat: 58
55. al-Waliyy
An-Nisaa’: 45
56. al-Hamiid
An-Nisaa’: 131
57. al-Muhshi
Maryam: 94
58. al-Mubdi’
Al-Buruuj: 13
59. al-Mu’id
Ar-Ruum: 27
60. al-Muhyi
Ar-Ruum: 50
61. al-Mumiit
Al-Mu’min: 68
62. al-Hayy
Thaahaa: 111
63. al-Qayyuum
Thaahaa: 11
64. al-Waajid
Adh-Dhuhaa: 6-8
65. al-Maajid
Huud: 73
66. al-Waahid
Al-Baqarah: 133 |
67. al-Ahad
Al-Ikhlaas: 1
68. ash-Shamad
Al-Ikhlaas: 2
69. al-Qaadir
Al-Baqarah: 20
70. al-Muqtadir
Al-Qamar: 42
71. al-Muqqadim
Qaaf: 28
72. al-Mu’akhkhir
Ibraahiim: 42
73. al-Awwal
Al-Hadiid: 3
74. al-Aakhir
Al-Hadiid: 3
75. azh-Zhaahir
Al-Hadiid: 3
76. al-Baathin
Al-Hadiid: 3
77. al-Waalii
Ar-Ra’d: 11
78. al-Muta’aalii
Ar-Ra’d: 9
79. al-Barr
Ath-Thuur: 28
80. at-Tawwaab
An-Nisaa’: 16
81. al-Muntaqim
As-Sajdah: 22
82. al-’Afuww
An-Nisaa’: 99
83. ar-Ra’uuf
Al-Baqarah: 207
84. Maalik al-Mulk
Aali ‘Imran: 26
85. Zuljalaal wa al-’Ikraam
Ar-Rahmaan: 27
86. al-Muqsith
An-Nuur: 47
87. al-Jaami’
Sabaa’: 26
88. al-Ghaniyy
Al-Baqarah: 267
89. al-Mughnii
An-Najm: 48
90. al-Maani’
Hadits at-Tirmizi
91. adh-Dhaarr
Al-An’aam: 17
92. an-Naafi’
Al-Fath: 11
93. an-Nuur
An-Nuur: 35
94. al-Haadii
Al-Hajj: 54
95. al-Badii’
Al-Baqarah: 117
96. al-Baaqii
Thaahaa: 73
97. al-Waarits
Al-Hijr: 23
98. ar-Rasyiid
Al-Jin: 10
99. ash-Shabuur
|
E. Pengertian Dari :
a. Al- Muqsid
Allah
Maha Mengadili untuk menyebarkan keadilan dan kejujuran. Semua telah
diciptakan oleh ALlah secara seimbang, ketidak seimbangan sedikit saja
akan menjadi bencana bagi manusia dan ciptaan NYA. Allah memberikan
kekuatan yang lebih pada sebagian ciptaannya dan kelemahan tertentu
serta memberi kekayaan dan kemiskinan kepada sebagian orang dan sebagian
yang lainnya, karena keadilannya.
Allah
memperlakukan hamba hamba seadil adilnya tidak ada satu perbuatan yang
luput dari perhatian NYA. Semua mendapat ganjaran, baik itu kekeliruan,
kesalahan, kezaliman maupun kebaikan.Allah memberikan ganjaran kepada
yang zalim dan memberikan ganjaran dari yang di zalimi dengan sebaik
baiknya ganjaran, namun dalam melakukan hal itu ALlah memberikan
ganjaran sebaik baiknya kepada keduanya, hanya Allah yang Maha Adil yang
menjadikan keduanya mendapat ganjaran terbaik. Seperti cerita di bawah
ini :
b. Al- Waris
Al Warits mempunyai arti
bahwa Allah, adalah Dzat yang kekal sesudah segala yang maujud musnah.
Dalam arti lain, Dialah yang mewarisi segala sesuatu sesudah semua
penghuninya musnah. Atau, Dialah yang kembali kepada-Nya semua milik dan
kerajaan ketika sudah tidak ada lagi tuntutan kerajaan bagi siapa pun.
Firman Allah:
Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang yang ada di atasnya … (QS Maryam: 40)
Perhatikanlah, tatkala sangkakala ditiup dan semua makhluk sudah musnah, Allah berfirman: Milik
siapakah kerajaan pada hari ini? Ketika tidak ada jawaban, Dia sendiri
menjawab: Milik Allah yang Mahaesa lagi Maha Mengalahkan!
Orang-orang
yang memandang dengan mata hati senantiasa menyaksikan makna ayat ini
dan mendengarkannya. Mereka yakin bahwa kerajaan itu hanya milik Allah
sendiri, pada setiap hari, setiap saat, dan setiap detik, karena itulah
Dia azali dan abadi. Hal ini dapat dicapai oleh mereka yang memahami
hakikat tauhid, dan mengetahui bahwa yang tunggal perbuatannya di langit
dan di bumi hanya satu.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda menjadi warits dari apa yang telah dilakukan oleh orang-orang saleh, sebab ulama itu adalah pewaris para nabi.
c. Al- Nafi’
Allah
adalah Pencipta Kebaikan. Allah telah menciptakan manusia sebagai
makhluk-Nya yang paling baik dan telah memberikan kepada kita karunia
yang membuat kita unik dan unggul di antara seluruh makhluk yang lain.
Karunia tertinggi yang diberikan-Nya kepada manusia adalah akal, hati
nurani, dan iman. Itu semua adalah sarana yang diajarkan-Nya kepada kita
untuk membedakan dan memilih apa yang terbaik bagi diri kita sendiri.
Manusia juga unik karena memiliki kehendak satu-satunya di dalam alam
semesta, selain Allah. Kehendak kita yang kecil hanya dapat dikalahkan
oleh kehendak Allah yang lebih besar. Keterbatasan ini mengandung arti
bahwa kita tidaklah bebas dan dibiarkan dengan kehendak kita sendiri.
Allah telah memberikan kita kebebasan hanya agar kita dapat memutuskan apakah kita akan tunduk kepada kehendak Allah, memerintah atas nama-Nya, menjadi makhluk terbaik, dan memiliki yang terbaik diantara makhluk, ataukah kita akan durhaka, menyebabkan kejatuhan diri kita sendiri, dan ditolak dari rahmat Allah, seperti halnya iblis. Kemampuan kita untuk memilih antara kebaikan dan kejahatan bukanlah ujian bagi Allah untuk menyaksikan bagaimana hamba-Nya akan bersikap. Allah telah menciptakan takdir kita sebelum Dia menciptakan kita, oleh karena itu Dia sudah mengetahui apa yang akan kita kerjakan. Hanya orang yang beriman kepada takdir yang akan dilindungi darinya!
Allah telah memberikan kita kebebasan hanya agar kita dapat memutuskan apakah kita akan tunduk kepada kehendak Allah, memerintah atas nama-Nya, menjadi makhluk terbaik, dan memiliki yang terbaik diantara makhluk, ataukah kita akan durhaka, menyebabkan kejatuhan diri kita sendiri, dan ditolak dari rahmat Allah, seperti halnya iblis. Kemampuan kita untuk memilih antara kebaikan dan kejahatan bukanlah ujian bagi Allah untuk menyaksikan bagaimana hamba-Nya akan bersikap. Allah telah menciptakan takdir kita sebelum Dia menciptakan kita, oleh karena itu Dia sudah mengetahui apa yang akan kita kerjakan. Hanya orang yang beriman kepada takdir yang akan dilindungi darinya!
Kasih
sayang Allah terus-menerus diberikan kepada kita, seperti kebaikan yang
telah diciptakan-Nya. Kehendak kita tidak dapat membawa apa pun yang
menjadi hak orang lain kepada kita, atau mencegah apa pun nasib yang
sampai kepada kita. Kita juga tidak dapat memilih apa yang lebih kita
sukai, karena seringkali apa yang kita pilih tergelincir dari tangan
kita, sedangkan apa yang tidak pernah kita inginkan malah
mengejar-ngejar kita. Dan sekalipun kita memiliki apa yang kita pilih,
ia pasti akan datang kepada kita.
Jika
kita melihat kepada alam semesta, apa yang kita saksikan adalah
kehendak Allah, apa yang tampaknya kita pilih adalah kehendak Allah.
Kehendak kita yang kecil hanya berisi kemampuan kita membuka mata kita
untuk menerima semua kebaikan yang dikehendaki Allah kepada kita, atau
untuk menutup mata kita dan tidak menerima apa-apa. Seakan-akan kekayaan
Allah itu terus-menerus turun laksana air hujan. Kita haruslah ada
untuk menerimanya. Kalau kita tidak berada, maka ia akan hilang dengan
percuma. Agar ada, kita harus membuka mata, pikiran, hati, dan tangan
kita. Kita harus sadar dan terjaga. Itulah cara kita melihat dan
menerima kebaikan yang telah diciptakan Allah.
d. Al- Hafiz
Al
Hafidz adalah memelihara segala sesuatu dari kemusnahan dan kerusakan,
dan memelihara amal perbuatan hamba-hamba-Nya sampai akhirnya diberi
ganjaran dengan karunia dan anugerah-Nya. Dalam arti lain Al Hafidz
ialah Dzat yang memelihara makhluk dari semua bencana di dunia dan
akhirat.
Mahmud Samiy juga berkata,” Dikatakan pula bahwa makna Al Hafidh adalah Yang Maha Memelihara.”
Mahmud Samiy juga berkata,” Dikatakan pula bahwa makna Al Hafidh adalah Yang Maha Memelihara.”
e. Al- Waliyy
Maha Melindungi
"Allah Pelindung orang-orang yang beriman..." (Q.S. Al-Baqarah[2]:257)
Allah
SWT selalu melindungi setiap hamba-Nya, terutama yang beriman dan
berdoa kepada-Nya. Oleh karena itu, Allah SWT mempunyai nama Al-Waliyy
yang berarti Maha Melindungi.
f. Al- Wadud
Al
Wadud berasal dari al-wudd, yaitu al-hubb, artinya “Cinta,” maksudnya
adalah cinta kepada kaum mukminin atau dicintai oleh mereka.
Al-Baihaqi
berkata: “Al-Wadud bagi orang taat kepada-Nya artinya Yang Ridha
terhadap mereka dan Memuji amal perbuatan mereka.” Atau seperti makna
wudd dalam firman Allah yang artinya:
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha
Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS.
Maryam: 96)
Dikatakan bahwa Al-Wadud itu ialah Dzat yang banyak berbuat kebaikan kepada orang yang dicintai-Nya dengan perbuatan taat.
g. Ar- Rafi’
Ar-Rafi’
berasal dari kata ra-fa-’a yang artinya meninggikan, sedang arti
Ar-Raafi’ sendiri adalah Yang Maha Tinggi. Allah adalah wujud yang Maha
Tinggi, bahkan Dia adalah setinggi-tinggi wujud dalam segala sifat
keagungan-Nya.
Dalam
al-Qur’an bisa dijumpai beberapa ayat yang menjelaskan tentang
”kesibukan” Tuhan dalam meninggikan derajat nabi dan para wali
(kekasih)-Nya. Di antaranya adalah Nabi Isa as yang telah diwafatkan dan
kemudian ditinggikan derajatnya oleh Allah swt di sisi-Nya, setelah di
dunia dihinakan oleh ummatnya. Allah berfirman:
h. Al- Muiz
Dia memberikan penghargaan kepada siapa pun yang Dia kehendaki,
maka tidak ada satu untuk menurunkan Dia.
maka tidak ada satu untuk menurunkan Dia.
i. Al- Afuww
Kata
Al-Afw berarti memaafkan dosa-dosa dan tidak membalas orang-orang yang
berbuat salah. Satu pendapat menyatakan bahwa Al-Afuww merupakan kata
bentukan dari Araf ar-riih al-atsara, yang bermakna angin itu menyapu dan menghilangkan bekas.
Seakan-akan orang yang memaafkan dosa itu menghapuskan dosa itu dengan maafnya.
Makna kata ini juga merujuk pada arti meninggalkan sesuatu dan memintanya.
Karenanya, Afwu adalah meninggalkan sanksi pada yang bersalah, seperti kita meninggalkan amarah kepada orang yang melakukan kesalahan terhadap kita.
Karenanya, Afwu adalah meninggalkan sanksi pada yang bersalah, seperti kita meninggalkan amarah kepada orang yang melakukan kesalahan terhadap kita.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Allah
memiliki 99 nama yang indah atau lebih terkenal dengan sebutan
Al-Asma-ul-Husna. Nama-nama tersebut merupakan cerminan dari perilaku
Allah terhadap Hambanya. Karena itu, jika nama-nama tersebut kita sebut
sebagai suatu permohonan, niscaya akan mempunyai pengaruh yang sangat
besar.
Anjuran untuk berdoa menggunakan Asmaul Husna telah tercermin dalam firman Allah: “Hanya
milik Allah Asma-Ul Husna, maka berdoalah kepadaNya dengan menyebut
Asma-Ul Husna, dan tinggalkan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapatkan balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Surat Al-A’rof Ayat 180).
Dalam
Sifat Asmaul Husna-Nya Ia telah menujukan kebesaran-kebesaran yang
masuk akal hingga yang tidak masuk akal, semuanya dapat di kehendaki
oleh-Nya karena Allah Maha Kuasa di atas segala-galanya di jagat raya
ini, begitu banyak kemurahan dan nikmat yang di berikan kepada hamba-Nya
tanpa pandang bulu, Semua Ia berikan, karena Allah adalah Dzat yang
Maha Pengasih, Maha Pemurah lagi maha Memelihara.
Oleh
karena itu sebagai hamba Allah yang taat dan patuh senantiasa akan
mengamalkan sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari-hari, serta
meneladaninya sebagai wujud kecintaan kita terhadap Allah SWT.
Wallahua’lam Bissawab.
A. Saran- saran
Demi
kesumpurnaan makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritikan dan
saran yang bersifat menbangun kearah kebaikan demi kelancara dan
kesumpurnaan penulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
El-Bantanie Syafii Muhammad, Rahasia keajaiban asmaul husna,2009, Jakarta; PT. Wahyu Media.
http://www.riwayat.web.id/2009/12/asmaul-husna.html-25/04/2011=22.02
http://blog.chess.com/emde/meneladani-sifat-sifat-tuhan-30/04/2011=12.35
http://www.nuansaislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=504:meneladani-sifat-sifat
tuhan&catid=101:tafsir&Itemid=353, 30/04/2011=13.10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar